Oleh : Dwiyoso Nugroho*
Pelajar yang bersemangat
Siang itu, saat matahari tepat berada di atas kepala, ratusan pelajar berkumpul di lapangan sekolah SMAN 1 Cijeruk. Tanpa menghiraukan sengatan matahari yang terik, mereka berbaris mengikuti instruksi dari beberapa anak yang berada di depan. Tiga orang siswa memegang alat musik berupa Snare dan Tom tom. Satu orang berdiri di atas mimbar memberi komando. Kemudian tidak lama terdengar komando. Ratusan remaja bersemangat itu pun mulai bernyanyi.
Snare dipukul, tomtom dibunyikan bertalu-talu, lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu penyematan yang mereka ciptakan sendiri. Sederhana namun bisa membakar semangat yang mendengarnya. Nadanya mungkin mirip dengan lagu lagu penyemangat lainnya. Tapi, lagu-lagu itu hasil kreatifitas mereka sendiri. Ratusan remaja itu menyanyikannya dengan bangga, sambil melompat lompat di tengah siang bolong. Tidak peduli peluh bercucuran, tidak peduli esok suara mereka serak atau habis. Mereka melakukannya dengan antusias, dengan kegembiraan khas remaja. Anak-anak itu menyebutnya dengan ULTRAS.
![](https://portalnusa.id/wp-content/uploads/2022/08/WhatsApp-Image-2022-08-05-at-02.03.53-1024x771.jpeg)
![](https://portalnusa.id/wp-content/uploads/2022/08/WhatsApp-Image-2022-08-05-at-02.03.55-1024x771.jpeg)
Ratusan pelajar SMAN 1 Cijeruk itu sedang membuat video untuk mendukung teman-temannya yang akan mengikuti lomba futsal. SMAN 1 Cijeruk memfasilitasi keinginan siswa-siswinya ini dengan memberikan waktu 2 jam mata pelajaran terakhir di hari itu. Agar siswa dapat membuat video dan tetap pulang sesuai jadwal. Sepintas lalu apa yang dilakukan SMAN 1 Cijeruk merupakan sikap permisive dan terlalu mengakomodir keinginan siswa dengan “mengorbankan” 2 jam terakhir kegiatan belajar intrakurikuler. Akan tetapi, mari kita lihat dari sudut pandang yang berbeda.
Dalam kurikulum merdeka terdapat kegiatan pembelajaran yang disebut dengan projek penguatan “profil pelajar pancasila”. Sebuah kegiatan yang dirancang khusus untuk menumbuh kembangkan dan menguatkan nilai nilai Pancasila yang meliputi 6 dimensi, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Profil pelajar pancasila
Profil pelajar pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional, Profil pelajar pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik. Adapun ke 6 (enam) dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
Pelajar Indonesia berarti pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.
- Berkebhinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
- Bergotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi
- Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
- Bernalar Kritis
Pelajar Indonesia adalah pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir dalam mengambilan keputusan.
- Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal serta memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.
(Bersambung)
* Guru Sejarah di SMAN 1 Cijeruk. Menyukai Sejarah, pendidikan, teater dan sastra. selain mengajar juga bergiat di Pakwan Institute
Discussion about this post