Tiap kali digelar Lomba yang penilaiannya bersifat kualitatif, seperti Lomba Cipta Puisi 100 Thn. Chairil Anwar ini, Dewan Juri yang ditunjuk panitia, selalu kerepotan menentukan karya yang dapat menjadi terbaik. Butuh kejelian, ketelitian, pertimbangan estetik yang diyakini banyak orang, serta tentu kaitan tematik yang telah digariskan oleh panitia. Hal-hal yang baru saja disebut itulah, yang akhirnya menjadi pedoman untuk menilai sebuah karya, layak disebut terbaik atau pemenang.
Panitia menggariskan, Lomba Cipta Puisi mengenang 100 Tahun Chairil Anwar ini, sejati memiliki tiga ranah yang hendak dicapai, yaitu:
- Bahwa bangsa besar, seperti kata Bung Karno, adalah bangsa yang menghargai sejarah, tentu termasuk biografi tokoh yang terlibat di dalamnya. Tokoh Chairil Anwar, telah disepakati oleh banyak penyair di Tanah Air, adalah tokoh pembaharu estetika penulisan puisi Indonesia, bila dibandingkan dengan estetika penulisan puisi dari penyair lain yang sejaman atau sebelumnya, misalnya para penyair yang oleh kritikus sastra HB Jassin disebut sebagai generasi Pujangga (lama dan baru). Kepeloporan Chairil ini patut dikenang, dikaji, dilestarikan, dan dikembangkan, salah satunya melalui lomba.
- Bahwa di era sosial media ini, ternyata antusias masyarakat dari berbagai kalangan profesi dan status, kini tampak subur seperti jamur di musim penghujan. Banyak di antara masyarakat itu, yang secara usia bisa disebut tidak muda lagi, namun dalam aras penciptaan puisi yang kini bagai banjir membandang itu, tampak seperti mengalami penuruan estetika penulisan puisi, bila dibandingkan terhadap estetika puisi yang telah digariskan oleh Chairil Anwar, yang dipandang sebagai salah satu ‘mailstone’ (prasasti) puisi Indonesia. Mengajak ikut Lomba ini, sekaligus mengajak para peminat puisi untuk ikut memeriksa kembali puisi-puisi gubahan Chairil, bahkan memeriksa puisi yang ditulis oleh generasi sebelum dan sesudah Chairil. Semestinya estetika puisi generasi kini, berbeda namun lebih bagus atau indah dari estetika puisi Chairil Anwar.
- Bahwa sumbangsih Chairil dalam kepenulisan, amat banyak ragamnya, dan salah satu yang patut dihargai serta dikenang, adalah bagaimana Chairil Anwar turut meneggakkan aturan kebahasaan bahasa Indonesia. Puisi dan artikel yang ditulis Chairil, bila diperiksa secara jeli, telah menginspirasi penyusunan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yang diberlakukan pada tahun 1972 oleh Pemerintah. Tegaknya sebuah bangsa, dapat dilihat dari keajegan kebahasaannya. Kedaulatan sebuah bangsa, ditopang oleh kedaulatan bahasanya. Kita disebut Bangsa Indonesia, karena tidak menggunakan Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, atau Bahasa Daerah yang jumlahnya lebih dari 700 bahasa. Kita menjadi Bangsa Indonesia, karena menggunakan Bahasa Indonesia. Dan, Chairil hadir dengan memperkenalkan linguistik bahasa Indonesia modern, yang kemudian ditetapkan melalui ejaan.
Apologia di atas, adalah untuk memilah dan menetapkan, dari 700-an judul puisi yang masuk ke panitia, telah dipilih ‘100 Puisi Terbaik karya 100 Penulis (1 penulis 1 puisi)’, dan menetapkan ‘5 (lima) Puisi Unggulan’ dalam Lomba Cipta Puisi 100Thn. Chairil Anwar, yang diselenggarakan oleh weblog jurdik.id, dengan didukung oleh portalnusa.id, Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB), serta Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI).
Berikut daftar 5 puisi Unggulan, dan 100 Puisi terbaik: tap link di bawah ini.
https://jurdik.id/2022/08/17/100-puisi-terbaik-lomba-cipta-puisi-100thn-chairil-anwar/
Discussion about this post