PortalNusa.Id – Bandung, Sejumlah seniman di Kota Bandung, menggelar Upacara Kemerdekaan pada 17 Agustus 2022, di Gedung Indonesia Menggugat, mulai pukul 09.30 – 11.00 WIB. Selain para seniman Bandung Raya (Kota, Kab. Bandung, KBB, Cimahi) turut hadir Walikota Bandung dan istri, Yana Mulyana dan Yunimar Mulyana, yang datang terlambat karena harus memimpin dulu Upacara Kemerdekaan di Balaikota Bandung.
Aktor teater Iman soleh bertindak sebagai Inspektur Upacara, dan Saeful Manikam Khatulistiwa sebagai Komandan Upacara. Pembaca Acara oleh S. Ken Atik¸Pembaca teks Pancasila oleh Doddy Kiwari, Pembaca Teks Proklamasi oleh Senny Suzan Alwasillah, Pembacaan Pembukaan UUD oleh Vinny Soemantri, dan untuk semua lagu yang mengiringi upacara dipimpin oleh musisi Trisno Yuwono (Manjing Manjang), dengan vokalis utama Ati Basuki Kusala Mitta.
Dalam orasi kebudayaan dari Inspektur Upacara, Iman Soleh mengatakan peringatan kemerdekaan Indonesia harus menjadi momentum untuk menghargai dan melestarikan keragaman budaya dan Bahasa Indonesia yang sangat variatif dan banyak jumlahnya. Dalam kesempatan itu juga Iman Soleh membacakan sebuah puisi yang digubah oleh seniman dari Madura, yang bunyinya seperti ini
Bagaimana kita tidak jadi Indonesia, saat nafas yang kita hisap, berasal dari udara Indonesia.
Bagaimana kita tidak jadi Indonesia, saat darah yang mengalir, dari sungai, dari danau, dari samudra Indonesia.
Bagaimana kita tidak jadi Indonesia, saat darah, tulang, daging, berasal dari ladang, sawah Indonesia.
Bagaimana kita tidak jadi Indonesia, saat mati ingin dikubur di sisi makam ibu, ayah, tetangga, saudara, untuk menjadi tanah bagi bumi Indonesia.
Bagaimana mungkin kita ini tidak menjadi Indonesia! Merdeka!
Amanat dalam upcara Kemerdekaan para seniman itu juga diisi dengan pembacaan puisi karya Rendra tentang Bandung Lautan Api yang disampaikan oleh Bara Ramadhan, dan pengerekan Bendara Sangsaka Merah Putih oleh seniman tari, yang melakukannya dengan teatrikal.
Dalam upacara ini juga disampaikan orasi Pendidikan oleh Yunimar Mulyana, yang intinya membahas betapa pentingnya membina pergaulan anak muda sejak dari rumah, sebab setiap tahun kini mencapai dua juta remaja melakukan aborsi karena kehamilan yang tidak dikehendaki, serta pentingnya Pendidikan makanan yang sehat agar tidak melahirkan manusia yang stunting, yang bukan hanya kecil secara fisik, namun juga lambat dari sisi pola pikir.
“Para orang tua sebaiknya tidak berpikir bahwa pola makan untuk anak-anaknya sudah benar. Kasih nasi dan mie, nasi dan ciki, mie lagi, itu adalah keliru untuk manusia berumur 1 hingga 1.000 hari pertama. Kita harus membangun Indonesia, agar tenaga kerja tidak diberikan kepada orang asing seperti di Morowali, karena ternyata banyak manusia Indonesia yang tidak siap bekerja dari pagi hingga tengah malam, dengan fisik dan konsentrasi yang tetap kuat. Berkah demografi ini, jangan hanya menang dari sisi jumlah penduduk, yang menempati urutan keempat setelah China, India, dan Amerika,” kata istri Walikota Bandung.
Upacara ditutup dengan doa oleh Kyai Matdon selaku ketua Majelis Sastra Bandung. Selesai upacara, digelar beberapa pertunjukan seni, oleh para seniman Bandung, di antaranya monolog oleh Sin Nio Sepinya Sepi, juga ikut tampil dari Teater Lima Wajah, dan seniman perorangan. (Daf)
Discussion about this post