Oleh : Sudarjat, M.Pd*
Pasal 31 ayat 3 UUD 1945 hasil amandemen mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Dari regulasi ini dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari pendidikan yang merupakan ciri kehidupan bangsa yang cerdas adalah keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia.
Sementara itu dalam pasal 3 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari regulasi ini jelas dikatakan bahwa pendidikan Indonesia berfungsi mengembangkan potensi peserta didik agar terbentuk 10 karakter manusia Indonesia.
Dari kedua regulasi nampak jelas pentingnya keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, maka pendidikan agama sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah menjadi sangat penting perannya. Untuk itu maka perlu kita merujuk pada regulasi tentang pendidikan agama. Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan adalah regulasi yang mengatur tentang tata kelola pendidikan agama dan pendidikan keagamaan di Indonesia.
Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan tersebut, perlu adanya inovasi-inovasi pembelajaran termasuk dalam pendidikan agama. Hal ini dalam rangka menyikapi kemajuan teknlogi informasi yang begitu cepat. Percepatan tersebut ditunjukkan oleh beberapa rilis dari lembaga riset maupun pemerintah.
Penggunaan handphone pada generasi milenial menjadi sebuah keniscayaan. DataReportal menyebutkan bahwa jumlah perangkat seluler yang terkoneksi di Indonesia pada Januari 2022 berjumlah 370,1 juta. Jumlah ini meningkat 3,6 % atau sekitar 13 juta perangkat pada periode yang sama di tahun 2021. Selain itu DataReportal juga menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2022 telah mencapai 204,7 juta orang.
Dalam hal usia pengguna, Kementerian Informasi dan Komunikasi Republik Indonesia melansir data pada tahun 2014 saja, pengguna internet usia anak-anak sudah mencapai 30 juta orang. Data lain dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang menyebutkan bahwa penetrasi internet pada tahun 2021-2022 mencapai 77,02% dalam laporan “Profil Pengguna Internet 2022”. Selain itu APPJI juga menyebutkan bahwa penetrasi tertinggi itu sebesar 99,16% berada pada usia 13-18 tahun.
Secara lokal, penulis melakukan survey kepemilikan HP dan penggunaan internet oleh peserta didik di SMA Negeri 1 Cijeruk. Hasilnya menunjukkan bahwa 98 % peserta didik SMA Negeri 1 Cijeruk memiliki Smartphone. Dan 100 % peserta didik yang memiliki samrtphone menggunakan internet. Data lainnya menunjukkan bahwa hanya 12,5 % peserta didik yang menggunakan smartphonenya untuk aktifitas belajar ketika ditanya aktivitas apa yang paling sering anda lakukan saat menggunakan HP?.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa ada permasalahan yang perlu disikapi oleh dunia pendidikan. Keterikatan peserta didik usia SMA dengan gawainya sudah merupakan sebuah keniscayaan pada zaman ini. Hal ini tentu akan mengakibatkan dampak yang tidak baik kepada mereka jika orang dewasa tidak segera menyesuaikan pola pendidikan mereka disesuaikan dengan zamannya.
Permasalahan utama yang ditemukan adalah tingginya penggunaan handphone oleh peserta didik tetapi tidak diiringi dengan kemampuan untuk mengendalikan penggunaan alat tersebut. Dari survey penulis kepada peserta didik SMA Negeri 1 Cijeruk, diperolah data bahwa 75,4% peserta didik lebih memanfaatkan HP mereka hanya untuk bersosial media dan 10,2% menggunakannya untuk bermain games. Kondisi ini ditambah dengan kurangnya guru memanfaatkan HP peserta didik untuk kegiatan pembelajaran.
Maka dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pendidikan nasional perlu dilakukan inovasi-inovasi pembelajaran dengan pendekatan penggunaan HP. Salah satunya adalah sebuah inovasi yang sedang diujicobakan oleh penulis kepada peserta didik SMA Negeri 1 Cijeruk. Inovasi tersebut adalah aplikasi pembelajaran berbasis website untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dijuluki epaisman1cijeruk dan dapat diakses melalui https://s.id/epaisman1cijeruk.
Apa itu epaisman1cijeruk?
Epaisman1cijeruk adalah sebuah aplikasi pembelajaran pendidikan agama Islam tingkat SMA berbasis web yang dapat diakses melalui media HP. Aplikasi ini didesain berbasis google.site dan menggunakan pendekatan learning management system.
Terdapat beberapa menu dalam epaisman1cijeruk antara lain:
Profil
Menu profil terdiri dari profil, profil guru pengelola dan daftar epai. Laman profil merupakan identitas website. Sementara profil guru pengelola berisi tentang identitas guru yang mengelola pembelajaran melalui website. Selanjutnya fitur daftar epai merupakan link pendaftaran bagi peserta didik muslim di luar SMAN 1 Cijeruk, terutama peserta didik muslim yang bersekolah di sekolah non muslim.
Nanya dong Pak
Menu ini merupakan laman untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam bertanya. Hal ini untuk mengatasi permasalahan rendahnya keterampilan dan keberanian peserta didik dalam bertanya. Pada laman ini ada fitur “nanya ah” untuk mengajukan pertanyaan dan “Guru Menjawab” untuk melihat pembahasan dari guru.
Etalase
Menu etalase terdiri dari etalase, buku sumber dan Mimpiku. Fitur etalase merupakan laman yang memuat karya-karya terbaik peserta didik di bidang Pendidikan Agama Islam. Karya-karya yang dibuat oleh peserta didik yang dikirimkan pada menu Modul Project yang berbentuk tantangan membuat karya akan dipilih oleh tim. Selanjutnya karya-karya tersebut dimuat di laman etalase.
Fitur Buku Sumber merupakan laman yang memuat buku digital terbitan kementerian pendidikan dan kebudayaan yang telah penulis tata ulang menjadi pecahan-pecahan materi ajar dan dibentuk menjadi buku digital.
Fitur Mimpiku merupakan laman untuk mengumpulkan karya yang menunjukkan cita-cita mereka. Karya-karya ini rencananya akan penulis bukukan secara digital dan menjadi bagian dokumentasi yang dapat diakses oleh peserta didik di masa depan. Hal ini dilakukan untuk mengunci fokus peserta didik dalam menjalani proses pendidikannya. Setiap peserta didik wajib membuat sebuah karya berbentuk image yang menggambarkan cita-cita mereka dikuatkan dengan tulisan “Saya [nama] adalah [cita-cita] pada tahun [tahun pencapaian cita-cita].
Pembelajaran
Menu pembelajaran merupakan laman proses pembelajaran. Menu ini terdiri dari video pembelajaran, modul ajar, modul project, kuis, dan refleksi pembelajaran.
Fitur Video Pembelajaran, merupakan laman yang memuat penjelasan tentang materi pembelajaran yang berbentuk video. Fitur ini didesain untuk memfasilitasi peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori dan visual.
Fitur Modul Ajar, merupakan laman yang memuat materi ajar dalam bentuk tulisan dilengkapi dengan cara belajarnya. Di laman ini peserta didik dapat membaca materi ajar secara runtut sesuai dengan petunjuk di cara belajar.
Fitur Modul Project, merupakan laman memuat petunjuk untuk membuat karya/proyek yang berkaitan dengan capaian pembelajaran dilengkapi dengan fitur penyerahan karya secara online. Modul project ini bertujuan untuk memberikan ruang yang luas kepada peserta didik untuk membuat karya sesuai dengan passion peserta didik masing-masing disesuaikan dengan tema pembelajaran. Karya-karya yang dibuat dapat berupa karya visual, audio visual, audio atau bentuk lain.
Fitur kuis, merupakan laman yang mengarahkan peserta didik untuk menguji kemampuannya pada materi yang dipelajari. Pendekatan pada kuis ini adalah pembelajaran tuntas (mastery learning), dimana jika masih ada peserta didik yang belum mencapai nilai ketuntasan minimal, maka mereka harus kembali mempelajari video pembelajaran dan modul ajar. Selanjutnya mereka dapat mengulang kuis yang sama sampai mereka mendapatkan nilai ketuntasan dan merasa cukup. Bagi peserta didik yang telah mencapai nilai tuntas mereka dapat mengulang kuis sampai merasa cukup dengan nilai yang diperolehnya. Jika mereka telah mencapai nilai ketuntasan maka akan diberikan apresiasi “Selamat Anda telah tuntas mempelajari materi ini, dan silahkan klik link untuk mendapat token kuis selanjutnya”.
Fitur Reflkesi pembelajaran, merupakan laman yang mengarahkan peserta didik untuk memberikan refleksi pembelajaran. Pada refleksi pembelajaran ini peserta didik mengisi link yang berisi pengalaman mereka selama mengikuti pembelajaran di materi tersebut. untuk masukan dan evaluasi proses pembelajaran selanjutnya.
Info Nilai
Merupakan fitur yang mengarahkan peserta didik dan orang tua secara aktif memantau kemajuan belajar peserta didik pada setiap capaian pembelajaran. Pada laman ini akan ditampilkan capaian pembelajaran peserta didik per kelas, sehingga peserta didik dapat mengetahui secara langsung berapa tabungan nilai yang sudah mereka peroleh selama pembelajaran.
Belajar Membaca Al-quran
Salah satu permasalahan utama pendidikan agama Islam di sekolah tingkat menengah adalah masih banyaknya peserta didik yang belum bisa membaca Al-Quran yang merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik dalam pendidikan agama Islam. Namun usia SMA juga merupakan usia eksistensi secara psikologis. rasa ingin diakui, rasa malu yang berlebihan ketika diketahui kekurangannya begitu mendominasi. Hal inilah yang mendorong penulis untuk membuat fitur Belajar Membaca Al-Quran. Fitur yang dikhususkan untuk peserta didik yang belum bisa membaca Al-Quran dan malu untuk belajar membaca Al-Quran jika secara tatap muka. Di menu ini, peserta didik dapat belajar membaca Al-Quran secara mandiri, kemudian melaporkan progressnya kepada guru saat di sekolah.
Bagaimana respon peserta didik terhadap epaisman1cijeruk?
Dari hasil refleksi pembelajaran pada setiap pembelajaran, diperoleh data sebagai berikut:
Ketika ditanya “Seberapa mudah belajar melalui aplikasi epaisman1cijeruk?”, diperoleh nilai rata-rata kepuasan sebesar 7,86 pada rentang 1 – 10. Nilai ini tergolong dalam kategori baik. Kemudian untuk pertanyaan “Seberapa membantu epaisman1cijeruk dalam meningkatkan kemampuan kalian?”, diperoleh nilai rata-rata 7,90 pada rentang 1 – 10. Lalu untuk pertanyaan “Seberapa jelas materi ajar di epaisman1cijeruk dapat dipahami oleh kalian?”, diperoleh nilai rata-rata kepuasan sebesar 7,77 pada rentang 1 – 10. Dan untuk pertanyaan “Bagaimana perasaanmu saat mengikuti pembelajaran?” diperoleh data 59 orang menyatakan bahagia, 16 orang tertantang, 2 orang mengantuk dan 2 orang yang bosan dari 79 responden yang telah mengisi refleksi pembelajaran.
Peran tatap muka di kelas
Dengan bantuan epaisman1cijeruk, peran tatap muka di kelas menjadi tempat untuk refleksi, konfirmasi dan penguatan kepada peserta didik. Mereka dilatih untuk mempresentasikan apa yang telah mereka pelajari di epaisman1cijeruk, memperdalam materi dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang menjadi bahan diskusi serta penguatan dari guru mata pelajaran dalam rangka menanamkan sikap-sikap hidup yang didasari oleh penguatan profil pelajar pancasila.
Kesimpulan
Berdasar pada respon peserta didik terhadap epaisman1cijeruk, maka dapat disimpulkan bahwa epaisman1cijeruk dapat menjadi solusi peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dengan beberapa alasan; Pertama, epaisman1cijeruk dapat dibangun di dalam sistem yang tidak membutuhkan dana (berbasis google free); kedua, peserta didik dapat mengakses pembelajaran kapan saja dan dimana saja; ketiga, peserta didik dapat mempelajari capaian pembelajaran mana saja yang ingin mereka kuasai lebih dahulu; keempat, peserta didik dan orang tua dapat dengan mudah memantau proses pencapaian pembelajaran; kelima, kegiatan tatap muka di kelas menjadi lebih hidup karena berbasis refleksi dan penguatan bagi peserta didik.
Referensi:
http://psikologi.uinjkt.ac.id/adiksi-smartphone-lebih-cenderung-terjadi-pada-remaja-kok-bisa/
Profil Penulis:
Sudarjat, M.Pd, Guru Pendidikan Agama Islam SMAN 1 Cijeruk Kabupaten Bogor, Instruktur Nasional Kurikulum PAI Kementerian Agama RI, Tim Pengembang (Tim Pusat) Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru PAI Kementerian Agama RI, Founder “Saung Cinta”, komunitas sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan, kewirausahaan dan kemanusiaan., Wakil Ketua Dewan Pengurus Wilayah Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia Provinsi Jawa Barat. Motto hidup: Terus menebar benih-benih kebajikan.
Discussion about this post