Pada perdagangan akhir pekan lalu, IHSG ditutup di level 6.740,22 (+1,31%). IHSG ditutup menguat cukup signifikan dan bursa saham secara global juga kompak menguat. Penguatan ini didorong oleh kekhawatiran akan inflasi yang mereda serta kenaikan harga komoditas.
Pada hari ini jam 10.41, IHSG alami pelemahan. Sejumlah emiten di LQ45 alami penurunan seperti Unilever Indonesia (UNVR) dengan transaksi capai 40,54 Miliar harga rata-rata 4,783. Gudang Garam, (GGRM) hampir menyentuh Auto Reject Bawah (ARB) harga saham 29,700 turun -1975 (-6,24%) dengan transaksi capai 69.50 Miliar.
Sementara saham sektor perbankan yg alami penurunan BRI (BBRI) turun -80.00 (-1,90%) diharga 4120. Bank Mandiri (BMRI) turun -50.00 (-0.67%) dari harga pembukaan 7475 menjadi 7450.
Hal ini berbalik dengan sejumlah analis yang memproyeksikan secara teknikal. IHSG berpeluang mengalami kenaikan terbatas dari candle bullish marubozu dan di atas 5 day MA (6.676). Indikator MACD bearish, Stochastic oversold, dalam pola triangle.
“Tren bearish, selama di bawah 6.924. Di sisi lain, selama di atas support 6.602-6.559, IHSG masih berpeluang rebound. Dominan sell power. Range breakout berada di 6.602-6.767,” kata Andri dari BNI sekuritas dalam risetnya, Senin (11/7).
Sementara itu, dilansir dari Investor.id Nilai tukar (kurs) Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi dibuka melemah. Di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).
Rupiah (11/7/2022) pagi ini bergerak melemah empat poin atau 0,03% ke posisi Rp 14.983 per Dolar AS. Dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.979 per Dolar AS.
“Dolar AS dalam tren penguatannya. Di tengah pasar yang mempertimbangkan ekonomi AS menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada ekspektasi di bulan Juli”. Kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya di Jakarta.
Discussion about this post