Oleh: Jaka Palied*
Sebuah karya yang mendapatkan apresiasi dari khalayak, apalagi para ahli, membuahkan kebanggaan tersendiri. Rasa bangga dan bahagia melahirkan motivasi untuk berkarya kembali.
Yayasan Komunitas Pendidik Penulis Jawa Barat (KPPJB), Sebagai wadah berkumpulnya guru penulis se-Jawa Barat, memahami itu. Maka atas dasar itulah, diadakan kegiatan Parasamya Susastra Nugraha yang menjadi ajang pemberian penghargaan untuk guru dan siswa yang berhasil menyelesaikan tantangan menulis dalam kurun waktu tertentu di tahun 2022.
Acara ini tidak hanya dihadiri peserta dari Jawa Barat saja, ada juga yang dari Jawa Timur, Sulawesi dan beberapa kota lain di luar Jawa Barat.
Sebuah kebanggaan bagi kami, yang berasal dari sekolah Negeri tidak begitu terkenal, yang bersembunyi di balik tembok kontainer, di sudut kabupaten Bekasi, bisa ikut di dalamnya.
Walau hanya satu guru dan satu siswa saja yang ikut, namun ini sebuah kebanggaan. Apa hal? Di sepanjang Tarumajaya, baru sekolah SMPN 3 Tarumajaya saja yang ikut event bergengsi ini.
Kepala Sekolah kami sangat mendukung keikutsertaan kami di dalamnya. Bahkan rela merogoh kocek sendiri untuk membiayai transportasi dan registrasi kegiatan ini.
Kami bukanlah penulis terhebat di Negeri ini. Baru saja menjadi setitik debu di sudut semesta. Namun, kami berhasil membuktikan, bahwa menulis itu mudah. Bahwa berkarya itu candu. Sebab satu karya, memicu lahirnya karya selanjutnya.
Terima kasih kepada panitia KPPJB yang menyiapkan acara ini dengan meriah. Semoga kelak di kemudian hari, lebih banyak guru yang termotivasi menulis. Bukan sekadar mengejar ISBN untuk naik pangkat, tapi sempat ingin menuliskan kebaikan.
Sebagaimana pesan Ustadz Solmed di acar ini. Bahwa ayat pertama yang diturunkan adalah Iqro, membaca. Beliau berharap, semoga karya tulis peserta yang merupakan tulisan kebaikan, bisa memotivasi orang berbuat baik.
Mari terus berkarya dan belajar memperbaiki kualitas tulisan. Jangan takut dicemooh atau dipandang sebelah mata.
Sebab tidak ada tulisan yang jelek, hanya saja mungkin pembacanya yang kurang melek atau kita penulisnya kurang intelek.
Setidaknya menerbitkan karya adalah bukti kalau kita masih melek. Biarkan mulut nyinyir mengumbar aroma telek, tapi semangat kita tetap merangsek. Merobohkan setiap ketidak percayaan diri yang lembek.
Salam Literasi, salam karya.
*Jaka Palied, nama pena dari Erwan Teguh Santoso, S.P penulis buku Segara Pasir, pengajar di SMPN 3 Tarumajaya, Kab. Bekasi, Jawa Barat.
Discussion about this post