Queen, dengarlah pengakuaku ini
sesungguhnya tak ada yang abadi di muka bumi
semua akan sirna selama masih bernama fana
juga cintaku kepada-mu Queen
terasa benar perubahannya
kini tak lagi menuntut, iya kan?
Cintaku kepada-mu bertumbuh lurus
akarnya menjangkau ceruk dasar samudra
pucuk-pucuknya menyentuh bibir langit
kian rindang dan berkembang
moga cepat berbuah
karena dengan semangat wajib militer
aku tak henti menyiraminya
memberinya pupuk butiran kasih
tak luput menyiangi rumput perdu
yang mengganggu daya juangnya
Tak ada yang abadi di muka bumi
laksana Kalimantan sebagai paru-paru dunia
nampak sehat lagi sejahtera
dirimbuni pohon besi, borneo, hingga gaharu
kini terasa benar perubahannya
Kalimantan mengidap paru-paru basah
batuk-batuknya menyebabkan banjir semesta
bukan hanya Beijing dan Paris
bahkan Mekkah dan Minna ikut dilanda
Juga Kota Bandung Queen-ku
yang subur makmur di lingkung oleh gunung
Tangkuban Parahu, Manglayang, Padang
Burangrang, Puntang, hingga sampah
kian menggunung mengepung Bandung
Dan aku bertapa mengaji sukma
merenung seraya membayang-bayangkan
jemari kasihku menggali-gali nadi dalam diri
hingga kujangkau sungai purba
dengan air jernih sepanjang masa
tertidur di bawah perut Kota Bandung
kubangunkan sungai itu, kubangunkan
“Wahey Sungai Purba
yang dari hulu-mu memancar tirta hayat
bangkitlah, dan beri inspirasi anak-anak-mu:
Cikapundung, Cikadut juga Citarum
agar serempak berontak dan bertindak
untuk menyadarkan kami
yang telah melampaui batas dalam banyak hal
yang kerap selalu lupa, bahwa
tak ada yang abadi di muka bumi
sepanjang ia masih bernama fana”
Bandung, 2021
Discussion about this post