PortalNusa.Id – Cerita Panji adalah sebuah kisah percintaan antara Raden Panji Inu Kertapati dengan Dewi Sekartaji. Kedua insan ini berasal dari kedua kerajaan yang berseteru, yakni kerajaan Jenggala dan Kadiri. Seperti halnya kisah Ramayana, percintaan antara Rama dan Sinta, Cerita Panji menyebar dan berkembang ke seluruh penjuru nusantara.
Sebagai sebuah karya sastra kuno, cerita Panji hampir tidak dikenali oleh kehidupan modern anak muda saat ini. Namun jika kita benar-benar mengenal warisan leluhur yang satu ini ada banyak sumber inspirasi yang bisa digali. Buktinya Cerita Panji telah dialih wahana oleh banyak sastrawan dan seniman terdahulu.
Bermula dari cerita lisan, cerita panji berkembang menjadi beragam versi. Tersebar di berbagai daerah dan negara sebagai folklor dan sastra kelasik: Ande-ande Lumut (Jawa), Timun Mas (Jawa), Keong Mas (Jawa), Thothok Kerot (Jawa), Utheg-utheg Ugel (Jawa), Kethek Ogleng, Yuyu Kangkang,
cerita Panji dan Galuh Candrakirana, cerita Panji Angreni, Panji Jayakusuma, Panji Panji Kudanarawangsa, Panji Angkronakung, cerita Malat (Bali), Hikayat Cekelat (Makasar), Dewi Limaran (Malang), Genthana-genthini (mitologi Jawa), dan Dewi Kotesan.
Selain cerita rakyat, ada juga berupa naskah. Beberapa naskah itu adalah: Kidung Malat Kung (Bali), Kakawin (Bali), Geguritan Megantaka (Bali), Geguritan Pakang Raras, Kakawin Smaradahana, Serat Panji (Bali), Serat Sritanjung (bahasa Jawa Tengahan), Serat Panji Majapahit, Serat Rengganis (di zaman Islam), Serat Menak, Serat Panji, Hikayat Cekel Wanengpati (sastra Melayu), Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Serat Panji Smarabangun, Hikayat Panji Kuda Semirang, Hikayat Misa Taman Jeyeng Kusuma (Malaysia), Hikayat Dewa Asmara Jaya (Malaya), Hikayat Undakan Penurat (Solo), dan Panji Gurawangsa.
Telah menjadi transkrip seni pertunjukan Wayang Topeng, Wayang Krucil, Wayang Gedog, Wayang Beber, Wayang Jemblung, Wayang Cepak, dan cerita-cerita Panji dalam bentuk dongeng anak-anak.
Cerita Panji tidak hanya cerita fiksi atau dongeng. Kisah ini nyata dalam kehidupan, sehingga begitu hidup untuk dijadikan karya “induk” dari karya seni lainya. Certia panji ini telah dilukiskan pada relief candi-candi. Beberapa relief yang dikatakan menggambarkan cerita Panji adalah: relief di Candi Panataran (di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar), relief di Candi Jago (di Tumpang Kabupaten Malang), relief di Candi Prambanan (di Yogyakarta), relief di Candi Jolotundo (di Mojokerto), relief di Candi Surowono (di Pare Kediri), relief di Candi Kendalisodo, relief dalam Candi Gajah Mungkur, relief dalam Candi Wayang, relief dalam Candi Yudha, dan relief dalam Selokelir. Di luar relief-relief itu masih ada relief lainnya lagi.
Dari sekian karya yang terinpirasi cerita panji, masih banyak karya seni lainnya yang tidak disebutkan dalam tullisan ini. Hal tersebut membuktikan bahwa orang terdahulu melihat cerita panji ini sangat relevan dengan kesehariannya. Pertanyaannya, apakah cerita panji masih relevan untuk dijadikan karya “induk” sastra dan seni modern saat ini?
Discussion about this post