PortalNusa.id | Penerbit buku Situseni gelar workshop kepenulisan puisi berkait Ritus Katarsis bersama para pembicara sastra ternama. Digelar secara daring, minggu 21/04, sebanyak dua sesi pada pagi dan petang.
Sebagai pembicara tamu sekaligus peserta, yakni Yostiani Noor selaku Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. Dalam paparannya Yosti menggambarkan awalmula perkembangan sastra modern.
“Tonggak puisi modern diawali tahun 1920an oleh puisi M. Yamin berjudul “Tanah Air”, menurut Pradopo, puisi M Yamin ini “menyimpang” dari tatanan puisi-puisi sebelumnya”. Ungkap Yosti, yang kemudian menjelaskan ciri lahirnya periodisasi -periodisasi sastra modern di Indonesia.
Effendi Kadarisman selaku guru besar linguistik dan pakar etnopuitika Universitas Islam Malang (UNISMA) juga memberikan sedikit catatan: “saya yakin Pelatihan Penulisan Puisi ini sangat bermanfaat bagi semua peserta. Bimbingan intensif akan membantu mereka menulis puisi yang bernas—padat, berbobot, menyentuh, dan “segar”. Pada tahap awal, tantangan terberat adalah melepaskan diri dari klise, dan menciptakan ungkapan- ungkapan pribadi orisinal yang membawa kejutan. Jika peserta telah mampu memasuki tahap ini, pada fase selanjutnya ia akan terus “mencari”. Terus berlatih menempa diri, untuk menghasilkan puisi-puisi dengan daya ungkap verbal baru dalam bentuk lingual, dan baru dalam pesan puitis yang disampaikan.”
Workshop Kepenulisan Puisi Berkait RITUS KATARSIS ini dimoderatori oleh Amran Halim, S.S. seorang jurnalis Portalnusa.id juga CEO PT. Pers Kita Bersama. Sejak tahun 2022 berkolaborasi bersama Doddi Ahmad Fauji membangun webblog Jurdik.id.
Pembicara utama Doddi Ahmad Fauji selaku penjaga gawang penerbitan buku Situseni. Ia ditasbihkan sebagai Sastrawan Angkatan 2000 versi Korrie Layun Rampan.
Workshop Kepenulisan Puisi Berkait RITUS KATARSIS ini diikuti oleh 87 orang peserta. Diharapkan dapat memberikan warna baru pada perkembangan Sastra Indonesia.
secara lengkap Workshop Kepenulisan Ritus Katarsis sesi I dapat disimak melali YouTube di bawah ini:
Discussion about this post