Bogor 27/12/2022. Belum lepas dari ingatan longsor yang memakan 4 korban jiwa di Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk Bogor pada tanggal 21 Mei 2002. Kembali terjadi tebing longsor di SDN Cipelang 02, usai hujan deras melanda selama beberapa hari terakhir.
SDN CIPELANG 02 Kecamatan Cijeruk, tebing setinggi 5 meter ambruk, pada pukul 18.30 WIB. BPBD kecamatan Cijeruk langsung diterjunkan untuk pengamanan lokasi kejadian tebing longsor tersebut. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Namun material berupa bongkahan batu dan tembok yang menggantung bisa sewaktu-waktu menutupi jalan.
“beruntung dalam kejadian tersebut terjadi pada malam hari, saat sekolah sedang tidak ada murid dan kami sedang kembali menghubungi kontraktor untuk dapat segera diperbaiki agar tidak menimbukan korban jiwa.” Ujar salah satu pegawai Sekolah Dasar Cipelang 2. Senin 26 Desember 2022.
Memang sekolah tersebut sedang melaksanakan program renovasi bangunan dan pagar tebing.
Tidak jauh dari lokasi tersebut, beberapa bulan sebelumnya Rumah Creative Cipelang yang dibangun oleh Rumah Dunia juga ambruk dan menurut pantauan belum dilaksanakan perbaikan. Padahal bangunan tersebut juga digunakan untuk aktifitas pembelajaran PAUD dan Lembaga lainnya.
Petugas badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) kecamatan Cijeruk, menambahkan, jalan masih bisa dilalui baik dari arah kota maupun dari arah Caringin. Namun perlu Hati-hati jika terjadi longsor susulan.
Sutanandika Ketua Forum Cisadane Resik, ketika diwawancarai menyampaikan keprihatinannya bahwa selama tahun 2022 banyak terjadi longsor di wilayah 3C (Cijeruk, Cigombon, Caringin).
Ada beberapa titik longsor yang terletak di pinggir ruas jalan dari Cipaku sampai dengan Cigombong, mulai dari Bantar Kambing, Cihideung, dan kemudian Ciburayut, terakhir yang terjadi di depan SDN Cipelang 2.
Sedangkan Longsor yang memakan korban jiwa ada dua kejadian dan sama-sama terjadi di Desa Cipelang. Pertama longsor di bulan Mei 2022 yang memakan korban jiwa 4 orang dan ramai diliput media. Kedua, longsor di galian pasir liar, memakan korban jiwa 1 orang penggali pasir. Untuk masalah galian pasir kewenangan penertiban ada di Camat Cijeruk dan Kepala Desa Cipelang untuk menertibkan.
Kami hanya bisa prihatin. “Banyak faktor yang memicu kejadian tersebut” tambah Sutan. “Bukankan lebih baik mencari solusi daripada saling menyalahkan”.
Kami masih mendorong proses tanam dan pelihara pohon terutama pohon-pohon penahan longsor di wilayah 3C. Kemudian menghimbau agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam hal ini Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) untuk mengintensifkan pengawasan hutan.
Menurut pantauan Forum Cisadane Resik dan berbagai laporan ada banyak pembukaan lahan garapan baik yang liar maupun yang resmi, tidak memperhatikan komposisi penyiapan lahan yang aman secara ekologis.
Terakhir Sutanandika menekannkan sebaiknya hasil riset Karakteristik DAS Cisadane yang disusun oleh BPDASHL Citarum Ciliwung sebaiknya dijadikan acuan oleh berbagai Lembaga seperti DLH Kota dan dan Kabupaten Bogor, Dinas Tata Ruang, Dinas Pertanian, Dinas Pariwisata, Dinas Kehutanan dan Dinas Pendidikan dalam pengelolaan dan penempatan berbagai hal.
Untung Cuma tebing SDN Cipelang yang longsor, ada begitu banyak bangunan Sekolah Pemerintah dan Swasta yang berada di wilayah yang rawan longsor. Peninjauan perizinan, penguatan struktur, bahkan relokasi bisa dijadikan pilihan. Sebab tidak ada harga untuk sebuah nyawa anak bangsa.
Discussion about this post