Mengenang Radhar Panca Dahana
PUISI Doddi Ahmad Fauji
Lebih banyak di warung Alek
renungan dan kenanganku
tentang Taman Ismail Marzuki
terkubur cukup dalam
aku telah kembali ke Bandung
kembali pada puisi
pada sunyi yang kian liris
Rasa manis yang kuseruput
atau kepahitan yang kukunyah
tontonan yang menuntun
atau dagelan yang dangkal
tentang seorang Endang
dan para pesohor barisan Kalangwan
telah kulupakan, karena hidup
tidak untuk berkubang di belakang
Kawan, kini aku ingin menggedor tengkorak
para insinyur
agar sadar nasib bangsa kian mandul
tak mampu menciptakan mesin
komputer atau handphone cerdas
mobil Gubernur benar sangat mewah
tapi hasil mengimpor
laptopmu juga bagus, tapi hasil impor
bahkan batik printing yang kupakai
ternyata buangan dari Beijing
Sebenarnya aku telah melupakan
apa yang disebut Taman Ismail Marzuki
yang di kanopi warung Alek
aku bersua barisan pesohor
namun melalui foto dan video di sosmed
hatiku bergetar dan tergetar
seorang lelaki berperawakan mungil lagi kurus
yang hidup berkarib sakit ginjal
ia menenteng toa, dan membacakan gugatan
karena gedung yang didirikan di masa
Gubernur Pembangun Jakarta itu
akan dirubuhkan
Kini gedung itu telah runtuh
dan lelaki yang gigih memimpin perlawan
juga telah berkalang tanah
lenyaplah bukti, sirnalah data
dimamah kedunguan
dicerna anggaran dan jumlah laba
Mengapa Quran berkisah tentang Habil dan Kabil
mengapa Tuhan mengabadikan jasad Fir’aun
mengapa Bung Karno berujar Jasmerah
mengapa Radhar gemetar di atas puing
Taman Ismail Marzuki?
Tiada lain dan tiada bukan, Kawan
agar kita belajar pada sejarah
Sejarah Rendra atau Goenawan Mohammad
Sutardji Calzoum Bachri atau Taufik Ismail
Gusmiati Suid atau Sardono W. Kusumo
Nashar, Zaini, Danarto, Riantiarno, Putu Wijaya
Motinggo Busye, Garin Nugroho, Firman Ihsan
bahkan Bengkel Buku Jose Rizal Manua
si Alek dan si Endang, bukan semata
deretan nama dan tokoh
tapi peristiwa dan pokok soal
yang seluruhnya belum terguar
untuk dipelajari dan dihayati
namun keburu terkubur
bersama meluapnya kali Ciliwung
tak seorang pun Gubernur Ibu Kota
yang meluncur dengan mobil mewah
mampu membendung banjir bandang
Tari, lukisan, pertunjukan, juga puisi
tak sanggup mengenyangkan perut seniman
tapi mengapa Tuhan menyodorkan
Alif Lam Mim?
mengapa Gubernur Pembangun Jakarta
mendirikan Taman Ismail Marzuki?
Bermula dari kata, bermula dari Kun
Tuhan mencipta
bermula dari karsa pengkarya mencipta
sirnalah Galeri Cipta dan Graha Bhakti Budaya
Barangsiapa mencoret kata
bangsiapa menghilangkan titik dan gerak
barangsiapa lupa pada Kun
ia lupa Quran adalah sejarah
lupa pula bahwa TIM adalah bukti sejarah
Jika Anda berhasil meruntuhkan TIM
mampukah Anda membendung banjir bandang?
Bandung, 2021
Discussion about this post